Bentuk Desa Bersinar, Upaya Terkini BNN Jabar Perangi Narkoba
Wartawan: Hj. Ati Suprihatin
KEJAHATAN di Indonesia dikuasai oleh kejahatan narkoba. Sekitar 70-80% penghuni Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, merupakan narapidana kriminal narkoba.
"Kasusnya bukan pemakai, tapi bandar dan pengedar," ungkap Kepala Badan narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Barat, Sufyan Syarif pada acara "Asistensi Penguatan Pembangunan Berwawasan Antinarkoba Melalui Peran Media dalam Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)", di Rumah Makan Ponyo, Jln. Malabar, Kamis (8/11/2018).
Meskipun sudah dipenjara, namun para narapidana kasus narkoba masih mencari celah untuk mengendalikan narkoba dari dalam penjara. "Penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta jiwa, memang menjadi pasar potensial narkoba. Saat ini, penyalah guna narkoba di Indonesia sudah mencapai sekitar 4 juta orang," katanya.
Narkoba di Indonesia berasal dari jaringan internasional di Afrika Barat, Iran, Tiongkok, Pakistan, Malysia, dan Eropa. Mereka memasukkan narkoba ke Indonesia melalui jalur laut (wilayah perairan) dan pelabuhan tidak resmi (jalur tikus).
Menurut Sufyan, di Indonesia narkoba telah menyebar ke seluruh pelosok wilayah. Narkoba juga mulai menyasar kalangan anak-anak, telah terjadi regenerasi pangsa pasar oleh sindikat narkoba. Sindikat pun menjadikan masyarakat bawah sebagai sasarannya, karena hampir 40-50% pengguna narkoba berasal dari kangan ini.
"Dampak penyalahgunaan narkoba memang mengerikan. Data tahun 2017, sebanyak 30 orang meninggal dunia setiap harinya. Sementara kerugian sosial ekonomi mencapai Rp84,7 triliun, yaitu Rp77,4 triliun kerugian ekonomi dan Rp7,3 triliun kerugian pribadi," katanya.
Jawa Baratyang mempunyai penduduk sekitar 48 juta jiwa, harus serius dalam upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba. Termasuk dalam rehabilitasi pecandu narkoba.
"Penduduk Jawa Barat yang berada di usia produktif sekitar 20 juta jiwa, mereka adalah sasaran peredaran narkoba," katanya.
Sufyan mengungkapkan, sudah banyak upaya penanganan narkoba yang dilakukan di Jawa Barat. Upaya terkini yang dilakukan adalah, , lanjut Sufyan, membentuk Desa Bersinar (Desa Bebas dari Narkoba) yang melibatkan tiga pilar di kewilayahan, yaitu kepala desa, Babinsa, Babinkamtibmas.
"Desa Bersinar baru berjalan dua bulan dan sudah ada di tujuh kota/kabupatem, yaitu Karawang, Sukabumi, Cimahi, Bandung Barat, Kuningan, Ciamis, dan Bogor. Dalam waktu dekat akan dibentuk di Kota Bandung," katanya.
Jawa Barat, tambahnya, merupakan provinsi pertama yang membentuk Desa Bersinar. "Jawa Barat pilot project. Mudah-mudahan efektif karena sistem sudah ada, tinggal menjalankan. Kalau semua desa bergerak akan efektif," katanya.
Selain Desa Bersinar, akan dibentuk Satgas Bersinar di lingkungan kampus dan sekolah. "Bukan Satgas dalam bentuk petugas berseragam, tetapi kita masuk ke dalam sistem yang sudah ada," katanya.
Sufyan mengingatkan bahwa upaya memerangi narkoba harus terus dilakukan. Apalagi perkembangan teknologi menciptakan celah bagi pelaku kejahatan untuk memproduksi ataupun mengedarkan narkoba dengan lebih mudah, murah, dan tidak terdeteksi.
"Saat ini peredaran narkoba dilakukan melalui media sosial dan website (surface web market), peredaran narkoba melalui jaringan inernet tersembunyi yang sangat sulit dilacak (deep web market), transaksi menggunakan crypto-currency sehingga identitas tidak mudak dilacak (cryptomarket)," ujarnya.
Editor: H. Dicky Aditya
Sumber:
http://www.galamedianews.com/bandung-raya/205660/bentuk-desa-bersinar-upaya-terkini-bnn-jabar-perangi-narkoba.html
COMMENTS